Supply chain memegang peranan inti dari seluruh proses di manufaktur. Mulai dari pengadaan barang dari supplier hingga distribusi ke konsumen akhir, perusahaan harus memiliki visibilitas penuh tentang apa yang terjadi di proses supply chain dari ujung ke ujung. Untuk meraihnya, perusahaan tidak hanya membutuhkan teknologi canggih, tetapi juga harus menerapkan strategi lanjutan untuk mengembangkan dan melatih SDM yang bekerja di manajemen supply chain.
Alih-alih bersaing untuk memperoleh talent baru, perusahaan harus bisa mengoptimalkan apa yang dimiliki dan bekerja untuk meningkatkan ketangkasan digital dan literasi data dari tenaga kerja yang ada. Menurut Gartner, bagi perusahaan yang ingin mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang tepat untuk supply chain perusahaan, mereka harus fokus pada empat strategi pengembangan SDM berikut:
Desain Kerja
Strategi desain kerja yang paling berdampak adalah strategi yang berfokus pada penyederhanaan dan eliminasi. Tugas alur kerja dan persyaratan kompetensi yang kurang penting dihilangkan, dan sistem serta tools yang digunakan harus disederhanakan atau dikonsolidasikan.
Supply chain pada dasarnya memiliki alur kerja dan proses yang kompleks. Maka dari itu dibutuhkan penyederhanaan dari sistem yang kompleks ini sehingga mempermudah karyawan untuk masuk dan menyesuaikan diri tanpa perlu ekspektasi yang kompleks terkait skill mereka. Selain itu dengan adanya penyederhanaan desain kerja, perusahaan bisa lebih fokus melatih karyawan untuk peka terhadap gangguan dan mampu merespon perubahan dengan cepat gesit.
Kapabilitas Digital
Jika perusahaan ingin mengikuti ambisi digitalisasi supply chain, mereka perlu memastikan bahwa karyawan mereka terlatih dengan baik untuk bekerja di lingkungan digital. Hal ini tidak terbatas pada literasi data, tapi juga termasuk kompetensi ketangkasan digital secara umum seperti analitik, machine learning dan lainnya.
Beradaptasi dengan teknologi baru dan secara efektif memanfaatkan data dan analitik dalam supply chain akan membutuhkan keterampilan dan kompetensi baru. Karyawan harus bersedia untuk mengambil peran baru dan bekerja secara iteratif dengan persyaratan yang tidak jelas. . Menurut penelitian Gartner, hanya 27% pemimpin yang setuju bahwa mereka memiliki semua SDM yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan kinerja supply chain saat ini.
Pengembangan Berbasis Jaringan
Ketika supply chain menjadi lebih kompleks dan bekerja remote menjadi standar, para pemimpin perlu mempercayai karyawan mereka untuk membuat keputusan cepat atas nama perusahaan. Hal ini membuat karyawan perlu memiliki pelatihan dan pemahaman yang tepat tentang supply chain serta strategi dan tujuan perusahaan.
Penelitian Gartner telah menemukan bahwa "manajer penghubung" dapat meningkatkan kinerja tim mereka hingga 26% karena mereka tahu bahwa satu orang tidak dapat melakukan semuanya. Sebaliknya, mereka mengenali dan mengakses kekayaan pengetahuan yang ada di seluruh jaringan mereka dan menggunakannya untuk membangun dan membina tim mereka.
Pembelajaran Eksperimental
Program pembelajaran tradisional dalam supply chain cenderung terlalu menekankan pada pelatihan formal dan pengembangan keterampilan fungsional. Meskipun keduanya berharga dalam membangun keterampilan dasar, keduanya tidak banyak membantu secara nyata dalam mempersiapkan tenaga kerja di dalam supply chain untuk memfasilitasi hasil pembelajaran yang lebih rumit.
Maka dari itu untuk memperoleh kemampuan yang lebih kompleks seperti ketangkasan digital, 70% pembelajaran harus berbasis praktik atau eksperimental. Porsi pelatihan seharusnya 10% pelatihan formal sementara 20% sisanya harus difokuskan pada pembelajaran berbasis hubungan melalui interaksi antar rekan kerja dan pembinaan.
Tulisan ini menyadur dari artikel yang dimuat di Gartner