Sebagai seseorang yang bekerja di manufaktur, pastinya Anda sudah paham dengan masalah kualitas. Tapi semakin dipikirkan, definisi kualitas ini bisa sangat memusingkan karena banyak faktor yang menentukan nilai kualitas atas sebuah barang. Memang dari luar, kualitas ditentukan melalui skala yang berkisar dari sempurna hingga sangat buruk. Setiap kali pabrik membuat produk, produk tersebut pasti akan jatuh di suatu titik dalam skala entah itu lebih condong ke sisi sempurna atau ke sisi buruk.
Tidak perlu studi ilmiah untuk menyadari bahwa kualitas yang lebih tinggi akan selalu lebih disukai daripada kualitas yang lebih rendah. Tapi seberapa pentingkah kualitas dalam manufaktur? Apakah pernyataan “quality is the top priority” masih relevan? Seberapa penting memiliki produk yang berkualitas tinggi daripada yang berkualitas sedang, atau rendah? Atau bahkan Anda merasa kualitas tidak penting, yang penting adalah kuantitas? Jika Anda memiliki pilihan untuk memproduksi lebih banyak dengan kualitas sedang versus memproduksi lebih sedikit namun dengan kualitas tinggi, manakah pilihan yang lebih baik?
Kualitas versus kuantitas. Pilih yang mana?
Di industri manufaktur, baik kualitas dan kuantitas, keduanya sangat penting. Bagaimanapun, membuat produk dalam jumlah besar penting untuk memenuhi permintaan pasar, sementara membuat produk yang berkualitas juga penting untuk memenuhi kepuasan konsumen. Namun dari kedua konsep ini, mana yang jauh lebih penting untuk operasi Anda?
Mungkin awalnya mudah bagi Anda untuk menganggap kuantitas lebih penting karena sebagai sebuah bisnis Anda harus bisa menghasilkan cukup produk untuk memenuhi permintaan. Argumen tentang kuantitas lebih penting ini tentu saja ada benarnya, tapi argumen ini tidak melihat gambaran besarnya. Untuk lebih memahami mengapa kualitas, alih-alih kuantitas lebih penting, Anda harus pertimbangkan konsekuensi jika Anda lebih memprioritaskan kuantitas daripada kualitas.
1. Anda mempertaruhkan reputasi.
Saat Anda memproduksi sejumlah besar produk dengan kualitas yang biasa-biasa saja, itu tidak akan membantu reputasi Anda. Anda tidak akan dikenal sebagai brand yang layak dibeli. Produk Anda mungkin lebih murah, tapi Anda mengorbankan reliabilitas, dan daya tahan produk tersebut. Akhirnya, banyak pelanggan akan menganggap produk Anda tidak sepadan dengan uang yang mereka keluarkan.
2. Produk berkualitas rendah memiliki lebih banyak pesaing
Di hampir setiap kasus, cenderung ada lebih banyak persaingan diantara produk-produk berkualitas rendah dibanding produk-produk berkualitas tinggi. Karena itu, jika Anda menghasilkan barang berkualitas rendah, Anda akan menghadapi persaingan yang lebih ketat.
3. Risiko tuntutan hukum
Jika produk Anda yang memiliki kualitas rendah rusak dan merugikan pelanggan, Anda berpotensi membuka diri terhadap segala macam tindakan hukum dan tuntutan hukum yang dapat mengakibatkan denda, dan yang paling serius merusak reputasi seluruh jajaran perusahaan Anda.
4. Kesulitan ekspansi pasar
Jika Anda memulai dengan memproduksi produk kelas bawah dengan kualitas rendah, seringkali sangat sulit untuk tumbuh dan berkembang. Justru Anda akan dicurigai ketika mencoba masuk ke pasar kelas atas.
Lalu, bagaimana cara meningkatkan kontrol kualitas di pabrik?
Di tahap ini, semoga Anda sudah yakin pentingnya memiliki standar kualitas saat memproduksi sebuah barang. Tentu saja, tidak cukup hanya percaya pada pentingnya kontrol kualitas. Anda juga harus mulai merancang dan menerapkan metode kontrol kualitas ke dalam proses manufaktur Anda. Jika Anda baru dalam hal ini dan tidak yakin harus mulai dari mana, Anda bisa mengikuti tips-tips berikut untuk menyiapkan standar quality control yang efektif.
1. Berpikir dalam tim
Hampir tidak mungkin untuk mengubah apa pun sebagai individu. Maka dari itu dibutuhkan peran seluruh tim untuk mengimplementasikan setiap perubahan yang nyata dan berarti. Libatkan setiap tim untuk menyampaikan gagasan dan pendapat mereka tentang bagaimana cara agar bisa meningkatkan kualitas produk Anda. Jelaskan pentingnya tujuan bersama ini, dan pastikan seluruh tim Anda bersatu dalam tujuan memberikan produk berkualitas tinggi secara konsisten. Orang-orang juga akan lebih antusias dalam mendukung tujuan tersebut jika mereka memiliki andil dalam menciptakannya.
2. Berpikir seperti pelanggan
Banyak produsen mungkin merasa produk mereka sudah cukup bagus, dan mereka mungkin kesulitan untuk melihat adanya ruang untuk perbaikan. Jika Anda berada di posisi ini, berpikirlah seolah Anda adalah konsumen. Bayangkan jika produk tersebut dibuat oleh orang lain. Apa yang tidak Anda suka dari produk tersebut? Apakah Anda suka jika produk bertahan lebih lama? Apakah Anda akan kesal dengan cara kerja produk yang terlalu rumit? Catat kekhawatiran apa pun yang menurut Anda mungkin dimiliki pelanggan. Jika Anda tidak mau membelinya, kemungkinan besar pelanggan Anda juga tidak akan mau.
3. Cek, cek dan cek berulang kali
Sebagai produsen, salah satu mimpi terburuk Anda adalah skenario di mana suatu produk sudah sampai ke tangan pelanggan Anda, tapi ternyata ada masalah serius dengan produk tersebut. Akan sangat mahal untuk menyelesaikan masalah tersebut karena bisa melibatkan penarikan kembali produk Anda seperti kesalahan yang dilakukan perusahaan farmasi yang telah dibahas di artikel sebelumnya.
Salah satu cara Anda dapat menghindari skenario mahal ini adalah dengan menyelesaikan masalah sekaligus di pabrik Anda. Jika ada petunjuk sekecil apapun, terus perbaiki sampai Anda merasa yakin produk akan aman seperti yang seharusnya.
4. Jangan menyelesaikan masalah setengah-setengah
Ini terkait dengan ide sebelumnya untuk memecahkan masalah di pabrik. Jangan puas dengan solusi setengah-setengah. Di bidang manufaktur, tidak ada yang namanya "cukup baik." Anda tidak boleh mengirimkan produk sampai Anda yakin tim Anda telah menyelesaikan setiap masalah 100 persen, dan masalah tidak akan muncul kembali setelah beberapa bulan penggunaan.
5. Berikan konsekuensi atas kesalahan yang disengaja
Tidak ada pekerja yang pernah menyelesaikan pekerjaan mereka setiap hari tanpa pernah membuat satu kesalahan pun, dan tidak realistis bagi Anda untuk mengharapkan karyawan Anda mencapai tingkat kesempurnaan ini. Namun kesalahan yang disengaja dari protokol adalah cerita lain. Jika seorang karyawan sengaja melewatkan satu langkah dalam proses kontrol kualitas dan sengaja meneruskan produk yang belum selesai atau rusak, Anda bertanggung jawab untuk tidak membiarkan hal ini terjadi. Harus ada konsekuensi.
Dari penjabaran di atas, kita sudah bisa memahami seberapa kualitas memiliki pengaruh yang sangat besar bagi keberlangsungan perusahaan. Sudah sepatutnya sebagai pelaku bisnis manufaktur kita menempatkan kualitas sebagai prioritas dibanding hal lain.
Artikel ini menyadur dari tulisan Gesrepair
Comentarios