Gelap terang pertumbuhan energi Industri 4.0 saat ini, khususnya di Indonesia. Pemerintah menilai bahwa 4 Unicorn (Bukalapak, Traveloka, Gojek, Tokopedia) yang dimiliki Indonesia dapat menjadi assets pintu mujur bagi negara untuk mampu mewujudkan sumber daya unggul dalam menghadapi fenomena Industri modern ke-4. Menurut K. Bock dkk melalui Deloitte, Revolusi Industri ke-4 (IR 4.0) adalah era industri transisi. IR 4.0 memberdayakan peran digitalisasi manufaktur pada jaringan suplai yang melibatkan integrasi informasi dari berbagai sumber dan lokasi untuk menggerakkan manufaktur dan distribusi secara fisik.
IR 4.0 menerapkan teknologi IoT (Internet of Things) dan teknologi fisik pada kegiatan analisa, proses produksi manufaktur, komputasi canggih, artificial intelligence (AI), teknologi kognitif, advance materials dan augmented reality (AR) dalam melaksanakan lingkaran operasi bisnis sebuah Manufaktur, khususnya Top Manufacture. Hal ini kemudian awam dikenal sebagai IIoT (Industry Internet of Things). Kegiatan ini merupakan Integrasi teknologi informasi dan operasi yang digambarkan dengan konektivitas antara peran fisik ke digital dan ke fisik. Transisi menuju IR 4.0 adalah sebuah inisiatif briliant dan ‘semacam’ keharusan bagi industri masa kini, mengingat akan datang tahun-tahun berikutnya dengan perkembangan zaman dan manusia yang siap tak siap berubah pola hidupnya.
Menurut Financial Newspaper, pasar Industri 4.0 global dihargai 66.72 miliar USD di 2016 dan ini diproyeksikan mencapai 227.29 miliar USD pada tahun 2025, tumbuh pada CAGR pada 14.59% dari 2017 ke 2025. Sedangkan menurut media Research and Markets bahwa otomatisasi proses Global dan instrumentasi pasar diestimasi menjadi bernilai 71.4 miliar di tahun 2019 dan diantisipasi mendaftar CAGR 6% untuk mencapai 95.5 miliar pada 2024 selama periode prakiraan. Di sini perlu diketahui, CAGR merupakan Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan (Compound Annual Growth Rate) dimana menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata ketika, misalnya, Anda kembali berinvestasi atas retur yang diterima selama beberapa tahun.
Asosiasi Internet of Things (IoT) Indonesia dalam kutipan Bisnis.com memproyeksikan sektor industri Pabrik akan menjadi sektor paling banyak menggunakan teknologi IoT pada tahun 2022. Namun, mereka menambahkan, implementasi teknologi tersebut dinilai akan banyak tantangan walupun di sisi lain juga dapat melebarkan peluang lebih besar. Asosiasi IoT Indonesia memprediksi sektor industri manufaktur akan menyerap 18% dari total perangkat IoT sebesar 72 juta perangkat pada 2022. Serta prediksi baiknya, jumlah perangkat IoT dalam 3 tahun mendatang mencapai 400 juta perangkat senilai Rp. 56 Triliun.
Dalam banyak kasus, pentingnya pengurangan biaya operasi produksi secara efisien. Dengan mengadopsi digital teknologi seperti IIoT, semakin meningkat adopsi industri otomatisasi dan kontrol proses, serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang dinilai menjadi kunci faktor pendorong pertumbuhan proses otomatisasi dan instrumentasi pasar. IoT dan IIoT menjadi sangat penting dalam sebuah Manufaktur masa kini. Otomatisasi proses disebut sebagai penggunaan teknologi komputer dan rekayasa perangkat lunak dalam proses industri untuk mengotomatisasi proses mereka dalam mengurangi human mistake.
Sekjen Asosiasi IoT Indonesia, Fita Indah Maulani mengatakan bahwa potensi dari IIoT sangat besar. Dengan menganalisa data yang masuk, tidak hanya efisiensi, IIoT juga bisa memberikan informasi riil kondisi di lapangan yang membantu menejemen membuat kebijakan atau keputusan bisnis yang lebih terukur dan efektif.
Lantas dengan teknologi IoT, apa yang terjadi dengan pasar Big Data dan Privasi?
Sistem keamanan skala kelas perusahaan, pengelolaan akses dan identitasnya dalam konteks ini sangat diperlukan untuk mengamankan penerapan IoT dan memastikan privasi data organisasi yang dimiliki Manufaktur aman bagi semua pihak. Privasi ini meliputi data, hardware, teknologi jaringan dan keamanan perangkat pengguna. Lebih lengkapnya privasi data, hardware, jaringan dan pengamanan bagi para end-user. Mitra penyedia hardware yang lebih sering cocok dalam pekerjaan ini adalah mitra penyedia hardware yang memungkinkan sistem keamanan melalui enkripsi sensor menyeluruh mulai dari sensor dengan fitur paling sederhana hingga terbaik di kelasnya, yakni teknologi Cloud Computing yang dipercaya sangat aman sebagai penyedia infrastruktur on-premise.
Sehingga di sini dapat kita ambil beberapa pengertian. Pertama, bahwa Pengembangan IoT sebenarnya didorong oleh kebutuhan perusahaan besar untuk meningkatkan keuntungan dari kemajuan teknologi. Keinginan untuk dapat memantau objek secara real time menjadikan perusahaan lebih efisien, meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan, mencegah pencurian, dan menggabungkan sistem organisasi yang lebih kompleks dan fleksibel melalui pemanfaatan IoT. Kedua, IoT merupakan revolusi teknologi yang mempresentasikan masa depan kebutuhan antar manusia terkait teknologi dan komunikasi pada sejumlah bidang. Ketiga, Pemerintah dan para Stakeholder IoT saat ini tengah gencar menyukseskan alias mengaspal mulus jalan menuju industri 4.0 Indonesia.
References:
Deloitte.com
K. Bock, W. F. A. K. J.-P. Nickel, and H. Meincke. (2017, 19 Agustus 2018). Chemistry 4.0 : Growth through innovation in a transforming world.
Docplayer
Financial Newspaper
Bisnis.com
SWA
Comments